Pacitan Klik9.id.Leptospirosis adalah masalah kesehatan yang disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira interrogans. Bakteri tersebut dapat menyebar melalui darah atau urine hewan yang telah terinfeksi. Leptospirosis memiliki gejala yang menyerupai influenza, yaitu demam, sakit kepala, dan nyeri otot.
Leptospirosis adalah penyakit yang tergolong langka. Kendati demikian, penyakit ini tetap perlu diwaspadai karena berisiko menimbulkan komplikasi yang berbahaya, seperti meningitis, kerusakan ginjal, hingga gagal hati.
Dalam satu kesempatan santai awak media berdialog dengan dr. Daru Mustokoaji kepala Dinas Kesehatan Kabupten Pacitan dan membahas penyakit Leptospirosis.
Apa itu Penyakit Leptospirosis?
"Leptospirosis adalah gangguan kesehatan yang terjadi karena adanya infeksi bakteri Leptospira interrogans. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis. Artinya, penularan leptospirosis dapat terjadi dari hewan ke manusia. Sejumlah hewan yang kerap menularkan leptospirosis adalah tikus, anjing, serta hewan ternak.
Leptospirosis terbagi menjadi dua fase, yaitu:
Fase leptospiremia (septisemik): fase leptospiremia adalah fase pertama dari leptospirosis yang terjadi dalam jangka waktu 2–14 hari setelah tubuh terinfeksi. Pada fase ini, bakteri Leptospira dapat ditemukan pada darah sehingga dapat dideteksi melalui tes darah.
Fase imun: dalam fase imun, bakteri Leptospira telah masuk ke dalam organ tubuh tertentu, terutama ginjal yang memproduksi urine. Karena itu, pada fase ini, diagnosis leptospirosis dilakukan melalui tes urine.
Penyebab Leptospirosis
Penyebab utama leptospirosis adalah infeksi bakteri Leptospira interrogans. Umumnya, penyebaran leptospirosis terjadi dari hewan ke manusia karena bakteri Leptospira hidup dan berkembang di dalam ginjal hewan. Berikut adalah sejumlah cara penyebaran leptospirosis yang umum terjadi.
Kontak langsung dengan urine atau darah hewan yang terinfeksi bakteri Leptospira.
Kontak langsung dengan air atau tanah yang telah terkontaminasi oleh bakteri Leptospira.
Konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri Leptospira."papar dr. Daru Mustikoaji 28/01/2024
Di samping itu, faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami leptospirosis adalah sebagai berikut:
Memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan hewan, seperti peternak dan dokter hewan.
Pekerja tambang.
Bekerja di area sekitar saluran pembuangan atau selokan.
Tinggal di daerah yang rawan banjir.
Sering berkemah dan rekreasi air di alam bebas.
Meski jarang terjadi, leptospirosis juga bisa menular antarmanusia melalui hubungan seksual dan ASI.
Gejala Leptospirosis
Gejala leptospirosis cenderung bervariasi menyesuaikan dengan tingkat keparahannya. Adapun sejumlah gejala awal dari leptospirosis adalah sebagai berikut:Demam tinggi,Sakitkepala,Diare.Mata merah,Nyeri otot, terutamapada otot betis,Mual dan muntah.Nyeri perut.
Sementara itu, leptospirosis yang tidak mendapatkan penanganan tepat berisiko menimbulkan peradangan pada organ tubuh. Kondisi ini dikenal dengan sindrom Weil. Berikut adalah gejala umum dari sindrom Weil ,Demam.Sesak napas,Penyakit kuning (jaundice).Batukberdarah,Nyeri dada.Penurunan volume urine yang keluar,Feses berwarna kehitaman.Hematuria (munculnya darah pada urine).
Diagnosis Leptospirosis
Beberapa tindakan medis yang dilakukan dokter untuk mendiagnosis leptospirosis adalah sebagai berikut:
Tes darah untuk mendeteksi antibodi (IgM) leptospirosis di dalam darah apabila infeksi diperkirakan terjadi kurang dari 14 hari. Selain itu, tes darah juga dilakukan untuk memeriksa gangguan pada organ ginjal dan hati yang bisa terjadi karena infeksi leptospirosis.
Tes urine menggunakan metode rapid test atau enzyme-linked immunosorbent assay test (ELISA) untuk mendeteksi antibodi (IgM) terhadap leptospirosis di dalam urine.
CT Scan atau USG yang dilakukan dengan memindai organ dalam tubuh untuk memeriksa penyebaran infeksi leptospirosis.
Rontgen paru untuk memeriksa penyebaran bakteri di dalam paru-paru.
Penanganan Leptospirosis
Bila gejala yang muncul cenderung ringan, leptospirosis tidak memerlukan penanganan khusus dan dapat sembuh dengan sendirinya dalam kurun waktu 7 hari. Namun, leptospirosis dengan gejala berat perlu mendapatkan penanganan tepat guna mencegah risiko komplikasi. Adapun beberapa tindakan medis yang dilakukan untuk menangani leptospirosis adalah pemberian Obat-obatan.
Pemberian obat antibiotik merupakan langkah utama yang dilakukan dokter untuk menangani infeksi leptospirosis. Selain itu, dokter juga akan meredakan gejala leptospirosis dengan memberikan obat anti-nyeri dan penurun demam, seperti ibuprofen atau paracetamol.
Rawat Inap di Rumah Sakit
Jika infeksi leptospirosis menimbulkan gejala yang cukup parah, dokter akan menyarankan pasien untuk menjalani rawat inap di rumah sakit agar mendapatkan penanganan lebih lanjut, seperti:
Pemberian antibiotik melalui injeksi atau infus.
Infus cairan untuk mencegah dehidrasi.
Pemasangan ventilator apabila pasien leptospirosis mengalami gagal napas.
Transfusi darah apabila terjadi perdarahan berat di dalam tubuh.
Cuci darah apabila infeksi leptospirosis menyebabkan kerusakan ginjal.
Komplikasi Leptospirosis
Bila tidak mendapatkan penanganan tepat, leptospirosis berisiko menimbulkan komplikasi penyakit yang lebih serius, seperti: Sepsis.Perdarahan saluran cerna.Perdarahan pada paru-paru.Meningitis.Gagal hati.Gagal ginjal.Radang mata.Gagal jantung.Keguguran pada ibu hamil.
'Bila Anda mengeluhkan gejala-gejala seperti ulasan di atas, segera kunjungi Siloam Hospitals terdekat untuk mendapatkan diagnosis serta penanganan medis yang tepat."pungkas dr. Daru Mustikoaji.(Addy.MG)
Sumber : dr. Mustikoaji
Editor : Gandul Asmoro
0 Komentar